Pada tanggal 6-7 bulan Mei, The Renaissance Bali Uluwatu adalah panggung untuk Everpoint. Everpoint merupakan konferensi kripto terbesar di Indonesia sejak pandemi covid 19. Konferensi ini diselenggarakan untuk memperingati 2 tahunnya blockchain Everscale dan komunitasnya, serta ekspansi jaringan pada pasar Asia. Pembicara dan tamu di acara Everpoint membahas beberapa isu yang paling menekan pada industri ini, termasuk masa depan blockchain dan mata uang kripto di Indonesia, masa depan DAOs dan potensi dibalik CBDC dan stablecoins gelombang baru.

Acara ini menandakan tahap signifikan untuk bali dan Indonesia karena ini adalah acara kripto terbesar tingkat internasional sejak mulainya Covid. Dalam dua tahun terakhir ini, Indonesia membuat kemajuan pesat dalam bidang kripto, dengan mengembangkan lingkungan dan infrastruktur yang memadai serta solusi legal untuk proyek blockchain.

Negara ini menjadi lokasi yang menarik untuk para pengembang teknologi dan pengusaha mata uang kripto dari seluruh penjuru dunia. Everscale, sebuah jaringan yang tak terbatas dengan ekosistem dengan platform memadai, termasuk cross-chain bridge, native DEX (pertukaran yang desentralisasi), wallets dan lain-lain, memimpin sebagai tuan rumah acara ulang tahun saat memasuki pasar Asia di Bali.

Konferensi EVERPOINT dihadiri oleh pemimpin industri dari seluruh dunia, dengan perwakilan dari para pemain kuat di wilayah Asia Tenggara. Para pembicaranya antara lain: Pendiri masamune.io Aditya Uozumi, CEO x0swap.com Andry Suhaili, Pendiri IndoCoin Nusantara trust Ltd Henri Morgan Napitupulu, pendiri coinstore.com Irvan Tisnabudi, pendiri MX Global Fadzli Shah Bin Anuar, CEO Capital Pi Union Kevin R Smith, CEO ZBX.com Exchange David Pulis, mitra pendiri WARP Capital Sergey Dzhurinsky, Senior Vice President Qatar Insurance Group Zehan Teoh, CTO Moonstruck Pavle Batuta, Direktur Algalon Capital Alexey Antonov, CBDO Xangle Bo (Young Sik) KIM, Pendiri Minergate Vladimir Maslyakov, Kepala Editor Cointelegraph Kristina Lucrezia Corner dan Vasily Smekalov dari Ever.fund GP.

Masa depan blockchain dan mata uang kripto di Indonesia menjadi topik populer di dalam diskusi perkembangan ekonomi sekarang-sekarang ini dan diberi waktu untuk membahas dalam konferensi. Salah satu masalah utama kripto seluruh dunia adalah berubahnya kerangka regulasi tiap negara. Karena alasan itu, Indonesia mulai menjadi tempat yang aman untuk kripto.

Dari perspektif regulasi, ada dua faktor yang berbeda: regulasi pembuatan aset digital dan regulasi pertukaran aset digital. Untuk produsen aset digital regulasinya masih relatif belum berkembang; siapapun yang memiliki sumber daya dan keinginan dapat menciptakan asetnya sendiri. Yang membantu adalah kemauan pemerintah untuk bekerja sama dengan proyek seperti ini, menawarkan registrasi Menteri Perdagangan dan Keuangan dan lisensi OJK.

Untuk pertukaran kripto yang memfasilitasi trading asset digital, regulasinya sudah cukup berkembang. Supaya bisa beroperasi dalam suatu negara, perdagangan kripto harus memiliki lisensi dan perijinan dari kementerian dan otoritas setempat.

Perkembangan regulasi di Indonesia membantu investasi aset digital menjadi lebih aman dan mudah. Dan bisa mengubah negara menjadi lingkungan yang menarik untuk memulai proyek baru. Ini adalah hal yang sangat masuk akal untuk melihat teknologi blockchain menjadi lebih dari sekedar instrumen finansial dan pendorong pada industri gaming, dan menjadi terintegrasi menjadi sebuah real estate dan manajemen lahan, agrikultur, transportasi, ecommerce, dan induk pada berbagai sektor lain.

Pembicara pada konferensi juga membahas isu besar lainnya yang dihadapi industri ini, yaitu komplikasi ekologi bitcoin dan bagaimana teknologi blockchain bisa bersatu dengan prinsip ESG (ekologi, sosial, dan prinsip tata kelola perusahaan). Terdapat konsensus diantara para pembicara bahwa perkembangan teknologi baru bertujuan untuk membuat solusi cepat dan berkelanjutan, juga menjembatani beberapa blockchain yang akan menciptakan ekosistem yang lebih terintegrasi dibanding dengan yang sudah ada.

Diskusi panel spesial ini diperuntukkan kepada DAOs – Decentralized Autonomous Organizations (Organisasi otonomi desentralisasi) dan topiknya adalah “Dana DAO: Masa depan interoperabilitas.” DAO ini adalah konsep baru yang diperkenalkan dengan blockchain tertentu seperti Ethereum, Solana, Everscale dan Polygon. DAOs membuat komunitas menjadi transparan dan desentralisasi dalam membuat keputusan.

Kepala Editor Cointelegraph Kristina Lucrezia Corner beropini, “Struktur DAO masih tahap pembentukan; ada banyak tantangan tetapi masa depan ini terbuka untuk kita yang mana ekosistem berbasis DAO menempatkan komunitas ini di tengah-tengah seluruh organisasi dan proses kehidupan.”

Menurut Vasily Smekalov dari ever.fund GP. “DAOs telah membuat para partisipan untuk kolaborasi secara transparan dan mendistribusikan uang untuk tujuan tertentu. Kedepannya, system seperti ini dapat membantu pemerintah untuk memberantas korupsi pada setiap tingkat.”

Perubahan krusial telah terjadi pada finansial global pada dua tahun ini, termasuk masalah koin digital oleh beberapa sentral bank dunia. Pada pertama kalinya di Bali, para ahli dari Eropa dan Asia bertemu secara langsung selama konferensi EVERPOINT untuk mendiskusikan ini. Ada diskusi panel yang membahas khusus topik ini, dimana para ahli berdebat apakah perlu CDBC lebih, pengaruh mereka pada ekonomi global dan bagaimana mereka berkompetisi dengan stablecoins.

“Sekarang ini 3 bank sentral telah meluncurkan secara resmi mata uang digital: Bahama, Karibia dan Nigeria, – tetapi tahun ini Britania Raya juga mengumumkan bahwa mereka mempertimbangkan penciptaan Britcoin mereka. Kalau saja ini berhasil ini akan menyebabkan efek domino dan memberikan kemudahan lebih untuk pemerintah dalam mengontrol aliran uang,” kata Dave Pulis dari ZBX Exchange.

Sementara, Alexey Antonov, Direktur Investasi di Algalon Capital melihat CBDC ada pada 2 pihak dimana mereka melayani baik pemerintah maupun tujuannya sendiri dan orang-orang dengan meningkatkan akses.

“Sistem seperti ini dapat membantu mencegah korupsi, tetapi mereka akan mengurangi peran bank tradisional karena CDBC menyediakan hubungan langsung antara masyarakat dan bank sentral.”

Pemimpin industri kripto dari lebih dari 20 negara datang ke Bali untuk diskusi tren industri dan tantangannya dan peluang spesifik yang dipresentasikan oleh peluncuran Everscale blockchain di Asia. Untuk Indonesia, peluncuran ini menandakan bahwa negara ini akan secara resmi memiliki ekosistem dimana proyek kripto dapat meluncur menggunakan teknologi blockchain modern dan tercepat.